Menurut
Sato (1982) kurikulum mencakup semua pengalaman yang diperoleh di sekolah, di
rumah dan dalam masyarakat, dan yang membantunya mewujudkan potensinya. Berbeda
dengan kurikulum umum yang bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan
anak-anak pada umumnya, maka kurikulum berdiferensiasi merupakan jawaban
terhadap perbedaan-perbedan dalam minat dan kemampuan anak didik. Sehingga,
dengan kurikulum berdiferensiasi setiap anak memiliki peluang besar untuk terus
meningkatkan kemampuannya tanpa harus terikat oleh satu kurikulum umum yang
menyamaratakan kemampuan seluruh anak.
Pada
dasarnya kurikulum berdiferensiasi tetap bertitik tolak pada kurikulum umum
yang menjadi dasar bagi semua anak didik. Kurikulum berdiferensiasi juga
memberikan pengalaman belajar berupa dasar-dasar keterampilan, pengetahuan,
pemahaman, serta pembentukan sikap dan nilai yang memungkinkan anak didik
berfungsi sesuai dengan tuntutan masyarakat atau jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Kurikulum berdiferensiasi dikembangkan berdasarkan dari teori
spesialisasi berlahan otak (hemisphere specialization), terutama bagi
pengembangan belahan otak kanan yang memerlukan rancangan pengalaman belajar
untuk pengembangan yang lebih optimal (Kitano & Kirby dalam Semiawan, C,
1992).
Semiawan
(1983) menyatakan bahwa bakat-bakat khusus baru dapat dikembangkan atas dasar
kurikulum ini. Di samping itu, untuk dapat mewujudkan bakat yang khusus
diperlukan juga pengalaman belajar yang khusus. Sehingga, pendidik juga dapat
mengetahui keberbakatan anak dan memantaunya sesuai dengan kurikulum yang telah
dideferensiasikan.
Hakekat
pembelajaran differensiasi
Penanganan
anak-anak berbakat atau cerdas dengan program pengayaan dan percepatan penuh
banyak memiliki kelemahan-kelemahan yang merugikan anak itu sendiri, maka telah
dikembangkan kurikulum alternative yaitu berdiferensiasi (differentiated
instruction ). Pendekatan ini menghendaki agar kebutuhan berbakat dilayani di
dalam kelas regular. Program ini menawarkan serangkaian pilihan belajar pada
berbakat dengan tujuan menggali dan mengarahkan pengajaran pada tingkat kesiapan,
minat, dan profil belajar yang berbeda-beda.Kurikulum berdiferensiasi sangat
penting ditekankan untuk anak berbakat. Kurikulum ini memiliki tiga level
kurikulum yaitu:
1.
Prescribed Curriculum and Instruction
Level pertama, prescribed curriculum and
instruction adalah kurikulum yang dikembangkan oleh standard lokal dan
tidak menyediakan kesempatan untuk strategi belajar yang cocok untuk berbakat.
2.
Teacher-Differentiated Curriculum
Pada level kedua, teacher-differentiated
curriculum, guru memodifikasi kurikulum yang telah ada menjadi kurikulum yang
menarik dan menantang untuk berbakat. Disini, murid tidak hanya dipandang
sebagai seorang ‘murid’ saja, tetapi murid adalah pembelajar aktif.
3.
Learner-Differentiated Curriculum.
Level ketiga, learner-differentiated
curriculum, adalah level tertinggi dimana murid berbakat dianggap sebagai “producers
of knowledge”, bukan hanya “consumers of knowledge”. Level ini mendukung
perkembangan self-discovery, self-esteem, kreativitas, dan otonomi. Selain
perkembangan kognitif, pada level ini jug mengembangkan faktor sosial dan
emosional murid.
Dalam kurikulum
berdiferensiasi ini, guru menggunakan beberapa kegiatan, yaitu:
1.
Beragam cara agar dapat mengeksplorasi kurikulum
Dalam kaitan dengan pembelajaran berdiferensiasi, maka para memiliki kebebasan yang luas untuk mengeksplor kurikulum yang dibutuhkan dan sesuai dengan perkembangan mental dan fisiknya, mereka akan memilih dan memilah kurikulum (muatan lokal) yang sesuai dengan kondisinya.
Dalam kaitan dengan pembelajaran berdiferensiasi, maka para memiliki kebebasan yang luas untuk mengeksplor kurikulum yang dibutuhkan dan sesuai dengan perkembangan mental dan fisiknya, mereka akan memilih dan memilah kurikulum (muatan lokal) yang sesuai dengan kondisinya.
2.
Beragam kegiatan atau proses yang masuk akal
sehingga dapat mengerti dan memiliki informasi dan ide
Proses belajar mengajar harus dapat
mengembangkan cara belajar untuk mendapatkan, mengelola, menggunakan dan
meng-komunikasikan informasi yang di-perlukan. harus terlibat secara aktif
dalam proses tersebut baik secara individual ataupun kelompok. Keaktifan itu
dapat terlihat dari (Suryosubroto, 1996:72) :
·
Berbuat sesuatu untuk memahami materi
pelajaran dengan penuh keyakinan;
·
Mempelajari, memahami, dan menemukan sendiri
bagaimana memperoleh situasi pengetahuan;
·
Merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang
diberikan oleh guru kepadanya;
·
Belajar dalam kelompok;
·
Mencoba akan sendiri konsep-konsep tertentu;
·
Mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan dan
penghayatan nilai-nilai secara lisan atau penampilan.
4.
Beragam pilihan dimana dapat
mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari
Proses pembelajaran berdiferensiasi harus
memberikan ruang yang luas kepada anak didik untuk mendemostrasikan apa- apa
yang telah mereka pelajari. Hal ini sangat bermanfaat untuk: Pertama, anak
didik belajar menyampaikan atau mengkomunikasikan temuan dan informasi yang
dimilikinya; Kedua, anak didik belajar mengapresiasi karya atau infomasi yang
disampaikan orang lain (teman); Ketiga, anak didik belajar untuk mendapat
masukan, kritikan dan sanggahan terhadap penemuan atau informasi yang
disampikan kepada orang lain.
Karakteristik
Umum Kurikulum Berdiferensiasi
Pengajaran berdiferensiasi
memiliki 4 (empat) karakteristik umum, yaitu:
1. Pengajaran berfokus pada konsep dan prinsip
pokok materi pelajaran.
Dalam poses pembelajaran berdiferensiasi,
pengajaran harus berfokus pada konsep atau pokok materi pelajaran sehingga
semua dapat mengeksplorasi konsep-konsep pokok bahan ajar. yang agak lambat
(struggling learners) bisa memahami dan menggunakan ide- ide dari konsep-konsep
yang diajarkan. Sedangkan bagi para berbakat memperluas pemahaman dan aplikasi
konsep pokok tersebut.
2. Evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar
diakomodasi ke dalam kurikulum.
Kesiapan dan perkembangan belajar harus
dievaluasi untuk dijadikan sebagai dasar keputusan penentuan materi serta
strategi pembelajaran yang akan diterapkan. Kapasitas belajar seseorang berbeda
dengan orang lain. Oleh karena itu, tidak semua memerlukan satu kegiatan atau
bagian tertentu dari proses pembelajaran secara sama. Guru perlu terus menerus
mengevaluasi kesiapan dan minat dengan memberikan dukungan bila membutuhkan
interaksi dan bimbingan tambahan, serta memperluas eksplorasi terutama bagi
mereka yang sudah siap untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih
menantang.
3.
Ada pengelompokan secara fleksibel.
Dalam pengajaran berdiferen-siasi, berbakat
sering belajar dengan banyak pola, seperti belajar sendiri-sendiri, belajar
berpasangan maupun belajar dalam kelompok. Oleh karena itu, pada saat-saat
tertentu dapat diberi kebebas-an untuk memilih materi pelajaran dengan media
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Strategi ini
memungkinkan untuk belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu, sedangkan bagi
mereka yang kurang, akan belajar sesuai dengan batas kemampuannya. Contoh untuk
strategi belajar-mengajar berdasarkan kecepatan adalah pengajaran modul.
4.
Menjadi penjelajah aktif (active explorer).
Prinsip belajar yang relevan adalah belajar
bagaimana belajar (learning how to learn).
Artinya, dikelas target pembelajaran bukan sekadar penguasaan materi, melainkan
harus belajar juga bagaimana belajar (secara mandiri) untuk hal-hal lain. Ini
bisa terjadi apabila dalam kegiatan pembelajaran telah di biasakan untuk
berpikir mandiri, berani berpendapat, dan berani bereksperimen, sehingga tidak
merasa terkekang dan potensi kreativitasnya dapat tumbuh dengan sempurna. Tugas
guru adalah membimbing eksplorasi tersebut, karena beragam kegiatan dapat
terjadi secara simultan di dalam kelas, guru akan berperan sebagai pembimbing
dan fasilitator, dan bukannya sebagai dispenser informasi.
Prinsip
–prinsip pengajaran berdifferensiasi
1.
Prinsip Individualitas
Perbedaan individual merupakan salah satu
masalah utama dalam proses belajar-mengajar. Ketidakmampuan guru melihat
perbedaan-perbedaan individual anak dalam kelas yang dihadapi akan menyebabkan
kegagalan dalam memelihara dan membina interaksi edukatif secara efektif. Pengajaran
individual bukanlah semata-mata pengajaran yang hanya ditujukan kepada seorang
raja, melainkan dapat saja ditujukan kepada sekelompok atau kelas, namun dengan
mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan sehingga pengajaran itu memungkinkan
berkembangnya potensi masing-masing secara optimal.
2.
Prinsip Belajar Tuntas
Belajar tuntas (mastery learning) adalah
suatu proses pembelajaran yang mengakui bahwa semua anak memiliki kemampuan
yang sama dan bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan untuk mencapai
kemampuan tertentu berbeda. tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan
berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar,
dan hasil yang baik.
3.
Prinsip Motivasi
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah suatu proses
untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Guru memiliki peran yang besar untuk
menumbuhkan motivasi eksternal, diantaranya: Pertama, menggunakan cara atau
metode dan media mengajar yang bervariasi; Kedua , memilih bahan yang menarik
minat dan dibutuhkan ; Ketiga, memberikan sasaran antara; Keempat , memberikan
kesempatan sukses; Kelima, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan; dan
Keenam, menciptakan persaingan yang sehat.
4.
Prinsip Latar/Konteks
Latar atau konteks mengandung arti bahwa
pembelajaran harus dikaitkan dengan situasi dunia nyata , sehingga mendorong
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai individu maupun anggota keluarga, masyarakat, dan
bangsa. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi.
5.
Prinsip Minat dan Kebutuhan
Minat merupakan suatu sifat yang relatif
menetap pada diri seseorang, sedangkan kebutuhan adalah sesuatu yang dibutuhkan
oleh seseorang. Oleh karena itu, minat dan kebutuhan merupakan utama yang
menentukan derajat keaktifan belajar . Dengan demikian dalam rangka
meningkatkan aktivitas dalam belajar, maka materi pembelajaran dan cara
penyampaiannya pun harus disesuaikan dengan minat dan kebutuhan tersebut.
6.
Prinsip Penilaian (Assessment)
Penilaian (assessment) dibagi menjadi dua
katagori yaitu: Pertama, informal assessment , biasanya dilakukan oleh guru
melalui observasi berbagai keterampilan, dan mempelajari laporan, maupun
melalui tes yang dibuat guru untuk mengetahui tingkat penguasaan pelajaran yang
telah diajarkan; Kedua, formal assessment yaitu penilaian lewat tes standar
seperti tes hasil belajar, tes inteligensi, wawancara dengan orang tua, tes
bahasa, kepribadian, kreatif, kemampuan fisik, minat dan sebagainya.
7.
Prinsip Terpadu
Artinya penyelenggaraan pembelajaran anak
berbakat dikembangkan dan dilaksanakan di sekolah biasa. Anak dengan berbagai
perbedaan belajar di ruang kelas yang sama.
Unsur-
unsur Kurikulum Diferensiasi
Beberapa unsur pokok yang
perlu diperhatikan dalam kurikulum berdiferensiasi, yaitu :
1.
Materi (konten) yang dipercepat atau lebih
maju.
2.
Pemahaman yang lebih majemuk.
3.
Bekerja dengan konsep dan proses pemikiran
yang abstrak.
4. Waktu belajar untuk tugas rutin dapat
dipercepat, dan waktu untuk memahami suatu topik dapat lebih lama.
5.
Menciptakan informasi atau topik baru.
6.
Kemandirian dalam berpikir dan belajar.
7.
Memindahkan pembelajaran kebidang lain yang
lebih menantang.
Asas-asas
Kurikulum Diferensiasi
Asas-asas kurikulum
berdiferensiasi yang dikembangkan oleh Leadership Training Institute sebagai
berikut :
1.
Menyampaikan materi/konten yang berhubungan
dengan isu, tema dan masalah yang luas.
2.
Memadukan banak disiplin dalam setiap bidang.
3.
Memberikan pengalamn yang komprehensif.
4.
Memberi kesempatan untuk mendalami topik yang
telah dipilih
Kendala-kendala
Yang Dihadapi Guru Dalam Menggunakan Kurikulum Diferensiasi Untuk Anak Berbakat
Kendala-kendala yang
dihadapi ketika menggunakan kurikulum berdiferensiasi untuk anak berbakat, guru
memiliki kesulitan dalam :
1. Memodifikasi materi untuk anak berbakat,
dalam hal ini guru kesulitan dalam menyiapkan materi yang cocok dan menyediakan
bahan yang lebih bagus atau canggih untuk anak berbakat.
2. Menentukan metode pembelajaran yang berbeda
yang dapat digunakan pada saat yang sama.
3. Merancang produk pembelajaran yang dapat
mengembangkan kemampuan anak untuk memahami materi pembelajaran, dan
menunjukkan kreativitasnya untuk dapat juga merancang produk berdasarkan
pengalaman belajarnya.
4. Lingkungan yang kurang kondusif.
Dampak
Kurikulum Untuk Anak Berbakat Pada Saat Sekarang
Dampak kurikulum untuk anak
berbakat saat sekrang ini dapat kita lihat dari segi prestasi, dimana dampak
tersebut adalah :
1.
Prestasi fisik, dimana dengan dampak ini yang
dapat dicapai oleh anak berbakat adalah mereka yang memiliki daya tahan tubuh
yang prima serta koordinasi gerak fisik.
2.
Prestasi psikologis, dimana anak berbakat memiliki
kemampuan emosi yang unggul dan secara sosial pada umumnya mereka adalah
anak-anak yang populer serta lebih mudah diterima.
3.
Prestasi akademik, pada dasarnya anak
berbakat memiliki system syaraf pusat (otak dan spinal cord) yang prima. Jadi,
pada prestasi ini anak berbakat dapat mencapai tingkat kognitif yang tinggi.
Dan jika dilihat dari segi
dampak dalam karakteristik, dampak kurikulum untuk anak berbakat pada saat
sekarang ini adalah :
1. Mampu mengaktualisasikan pernyataan secara
fisik berdasarkan pemahaman pengetahuan yang sedikit.
2. Dapat mendominasi diskusi.
3. Tidak sabar untuk segera maju ke tingkat
berikutnya.
4. Suka rebut.
5. Memilih kegiatan membaca dari pada
berpartisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat, atau kegiatan fisik.
6. Suka melawan aturan, petunjuk-petunjuk, atau
prosedur tertentu.
7. Jika memimpin diskusi akan membawa situasi
diskusi ke situasi yang harus selalu tuntas.
Sumber
Referensi:
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.
Semiawan, Conny R.2010. Kreativitas
Keberbakatan : Mengapa, Apa, dan Bagaimana. Jakarta : PT Indeks.
https://mellyhandayanicyrus.wordpress.com/2015/05/16/kurikulum-berdifferensiasi-untuk-anak-berbakat/