Pengarang : Mochtar Lubis
Penerbit : Yayasan Obor Indonesia, Januari
2001
Ketebalan Buku : Tebal buku : vi + 167 hlm
“Saya
sudah tahu semenjak semula bahwa jalan yang kutempuh ini adalah tidak ada
ujung. Dia tidak akan habis-habisnya kita tempuh. Mulai dari sini, terus,
terus, terus, tidak ada ujungnya. Perjuangan ini, meskipun kita sudah merdeka,
belum juga sampai ke ujungnya. Dimana ujung jalan perjuangan dan perburuan
manusia mencari bahagia? Dalam hidup manusia selalu setiap waktu ada musuh dan
rintangan-rintangan yang harus dilawan dan dikalahkan. Habis satu muncul yang
lain, demikian seterusnya. Sekali kita memilih jalan perjuangan,maka itu jalan
tak ada ujungnya. Dan kita, engkau, aku, semuanya telah memilih jalan
perjuangan”.- (Hazil, Jalan Tak Ada Ujung)
Novel ini menceritakan tentang keadaan jakarta yang amat
mencekam pasca kemerdekaan, sepertinya kata merdeka yang sudah didapat
indonesia belum bisa dirasakan. Perang masih berderu dan perjuangan belum
berakhir. Pada keadaan yang seperti ini muncul beberapa pejuang yang rela
berjuang demi arti kemerdekaan yang sesungguhnya. Masalah yang dikaji, meliput;
masalah ekonomi, keluarga, cinta, bahkan rasa nasionalisme. Berdasarkan alur
dan fokus ceritanya, dapat dikategorikan kalau novel ini termasuk novel
psikologis karena mengetengahkan banyak konflik batin yang dialami para
tokohnya.
Novel
tersebut menceritakan tentang kisah seorang guru, Isa namanya, yang ketakutan
ketika masa masa revolusi. Seorang guru di pandang tinggi pada saat itu, tetapi
hal itu tidak sesuai dengan kenyataan yang dirasakan Isa, dimana kekurangan
selalu melanda keluarganya. Selain itu, ia pun harus menerima ketika ia tidak
bisa memberikan kepuasan batin kepada istrinya karena penyakit yang dideritanya.
Bahkan sang istri yang merasa tidak bisa dipuaskan secara batin oleh guru isa, kemudian
berselingkuh dengan teman guru isa sendiri, Hazil. Guru isa tahu akan hal itu
tetapi ia memilih untuk diam. Sehingga keharmonisan keluarganya semakin lama
semakin berkurang. Ditambah lagi Kehidupannya selalu di landa ketakutan. Setiap
hari, setiap malam, dan setiap saat ia merasa was was ketika mendengar serdadu
serdadu inggris menyerbu. Ketakutannya dikarenakan saat guru isa sedang menuju
ke sekolahnya yang ada di tanah abang. Ia mendengar tembakan untuk pertama kalinya
di gang jaksa yang melepas kesunyian kala itu.
Guru
isa kemudian bergabung dengan sebuah organisasi pemberontakan. Ia diajak oleh
salah satu temannya Hazil yang sangat pintar bermain biola. Ia memiliki tugas
untuk menyelundupkan persenjataan dan granat yang digunakan oelh pemberontak
untuk melawan belanda. Puncak pemberontakan mereka terjadi ketika guru isa,
hazil, dan rakhmat (temannya yang merencanakan ntuk menyerang serdadu belanda
di sebuah bioskop bernama bioskop rex). Mereka melemparkan bom tangan di depan
pintu masuk bioskop tersebut. Beberapa serdadu belanda terluka akibat ledakan
bom tersbut. Setelah itu mereka bertiga pulang ke tempat masing masing dan
tidak saling memberi kabar untuk selang waktu yang lama. Hazil kemudian
ditangkap oleh polisi militer, ia mengakui perbuatannya dan menyebutkan siapa
saja yang terlibat dalam kasus itu. Tak lama kemudian guru isa menyusul hazil
di tangkap polisi. Mereka berdua disiksa karena mereka tidak mau mengaku dimana
rakhmat bersembunyi. Pada saat itu Isa kecewa pada hazil karena telah
berkhianat dengan memberikan informasi itu. Sampai detik sebelum akhir hayatnya ia menyadari bahwa
dirinya sudah menjadi lelaki seutuhnya dan sembuh dari penyakit yang
dideritanya, tapi apa boleh buat, hal itu tidak merubah kenyataan bahwa saat
itu adalah waktu kematiannya karena ia tetap tegar dan tidak mau memberikan
informasi kepada belanda.
Pesan
Moral
Pesan
moral yang dapat diambil dari novel “Jalan Tak Ada Ujung” adalah, rasa
ketakutan dalam diri manusia itu pasti ada, hanya saja respon setiap orang
dalam menyikapinya berbeda-beda. yang perlu direnungkan adalah bagaimana
menguasai rasa takut itu agar berubah menjadi kekuatan untuk tetap bertahan dan
terus maju, apalagi jika kaitannya dengan memperjuangkan kebenaran serta
keadilan.